DESKRIPSI SINGKAT
Desa Sampora, secara adminitrasi merupakan salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, dengan batas-batas wilayahnya yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Silebu dan Desa Halimpu (Cirebon)
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Caracas
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kaliaren
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wanayasa (Cirebon)
Luas Wilayah seluruhnya adalah 211,210 Ha/2,1 KM2, dan berada pada ketinggian 500 Mdpl, dengan iklim tropis dan secara administrasi terdiri dari 28 RT dan 10 RW yang dibagi menjadi 5 Dusun diantaranya :
1. Dusun Manis
2. Dusun Pahing
3. Dusun Pon
4. Dusun Wage
5. Dusun Kliwon
I. Kondisi Desa
I.I Sejarah Desa
Sejarah berdirinya Desa Sampora berdasarkan hasil penelusuran mendapat keterangan yang jelas dan beberapa keterangan dari para orang tua bahwa dulunya merupakan suatu kelompok keluarga yang kehidupan sehari-harinya sebagai petani dan bermukim disekitar sawah pertanian di wilayah yang disebut Sampora Lebak, yaitu disekitar Bengkok Kepala Desa dengan cirri-ciri disana ditemukan pecahan genteng dan batu-batuan bekas perumahan penduduk.
Karena letaknya yang strtegis berada di jalur jalan Kuningan Cirebon, maka di daerah daratanpun banyak penduduk yang bermukim, sehingga rumah yang pada awalnya didirikan di sawah berpindah ke daerah daratan/dayeuh dan penduduknya bertambah dengan pesat.
Adapun nama Desa Sampora ada beberapa pendapat diantaranya:
-
Sampora diambil dari kata “Lembur Sampeuran” Sampeur disini diartikan banyak penduduk pendatang yang betah dan bermukim menetap dan berkeluarga di Desa Sampora.
-
Sampora diambil dari kata “Sampeu Ngora”, sehubungan keadaan pada waktu penjajahan Jepang terjadi kelaparan, maka di wilayah Desa Sampora yang luas daerah tegalannya dan banyak ditemukan cukul Sampeu(ketela pohon) yang masih Ngora (muda) lalu dijadikan bahan makanan pengganti nasi.
-
Sampora diambil dari kata “Sampeureun Jalma Ngora”, yaitu tempat berkumpulnya anak-anak muda yang pada waktu itu sering diadakan pementasan hiburan kesenian sunda.
-
Sampora dianbil dari nama sepasang kakek dan nenek yaitu Aki “Sam” dan Nini “Pora” yang konon menurut cerita yang beredar dimasyarakat disinyalir sebagai orang yang mengawali peradaban di Sampora yang bermukim di Sampora Lebak.
Di Desa Sampora pada Jaman Penjajahan Belanda dipakai tempat Serdadu Belanda menyimpan mesiu dan persenjataan modern yang bertempat di Bukit Pasir Ekek, dari sanalah para serdadu Belanda melancarkan serangan pada kepada kendaraan-kendaraan militer musuh dengan meriamnya, tempatnya yang strategis , tinggi dan terlihat jelas jalur lalu lintas dari Kabupaten Cirebon menuju ke wilayah Kabuapten Kuningan. Ciri-cirinya dipuncak Bukit Pasir Ekek terdapat bekas bangunan dan bekas pecahan/selongsong meriam dan dibawahnya terdapat tempat penyimpanan senjata. Sehubungan dengan letaknya yang sangat berdekatan dengan markas serdadu Belanda, maka belum ada pemerintahan desa/Tumenggung yang melaksanakan pemerintahan di wilayah Desa Sampora karena alasan keselamatan.
Nama Sampora sudah ada didalam Peta sejak sebelum 1877 namun masih bersifat pedukuhan/Dusun yang menginduk ke Desa Cilimus dan diperkirakan sejak 1909 Sampora terpisah dari Desa Cilimus dan menjadi Desa Sampora yang konon informasinya dipinpin oleh Penjabat dari Desa Cilimus sampai adanya soerang Kepala Desa devinitif.
Dibawah Pinpinan Penjabat Kepala Desa Sampora Ibu IDA FARIDA, S.Sos dan Ketua BPD Sampora Bapak TISNA,S.Pd.,M.MPd melalui Musyawarah Desa Khusus (Musdesus) telah disepakati dan ditetapkan Peraturan Desa Sampora No. 6 Tahun 2022 tentang Penetapan Dan Pengesahan Hari Jadi/Lahirnya Desa Sampora yaitu pada tanggal 01 Juli 1909 sekalugus merupakan ketetapan
“MILANGKALA DESA SAMPORA”
dan disepakati serta ditetapkan bahwa nama Sampora diambil dari nama Aki “Sam” dan Nini “Pora”.
Selama berdirinya Desa Sampora sudah beberapa Kepala Desa dengan sebutan Kuwu yang menjabat dan nama-nama Kepala Desa tersebut adalah :
Silsilah Kepala Desa Sampora